Alice's House Reviews
Redeeming qualities are hard to find in this film's characters, except for the grandmother, who sees all. Instead, individual wants (realistic and not) take center stage, shoving aside the chance for a family unit that clicks. The oppressive house in the title takes a toll on its inhabitants.
The lack of soundtrack and vanity lends this film an air of authenticity rarely seen in modern films. The performances are brilliant and this is a wonderfully told character study of a family dealing with betrayal and change.
Director & Screenplay: Chico Teixeira Cast: Carla Ribas - Alice Berta Zemel - Alice's Mother Ze Carlos Machado - Alice's Husband Vinicius Zinn - Lucas Ricardo Villaca - Edinho Felipe Massuia - Juninho Renata Zhaneta - Carmen Luciano Qurino - Nilson Mariana Leighton - Thais Keluarga menjadi tempat awal dimana manusia belajar segala hal untuk hidup. Saling menghargai, mempercayai, menyayangi, mengasihi dan membagi rasa cinta antara sesama anggota keluarga. Tetapi bagaimana kemudian jika hal-hal tersebut tidak ada dalam sebuah keluarga. Siapakah yang patut disalahkan? Orang tua yang mendidik anak dengan cara yang salah? atau anak yang memang sulit untuk dikendalikan? Kisah disfungsional keluarga telah begitu sering menjadi inspirasi banyak film. Yang paling kita ingat tentu American Beauty (1999) dari sutradara Sam Mendes yang memperlihatkan bagaimana ayah, ibu dan anak adalah 3 monster yang tidak berhasil menguasai diri sendiri dan hancur dengan 'kemonsterannya' itu. American Beauty menerima 5 piala Oscar tahun 2000 termasuk untuk film dan sutradara terbaik. Sutradara muda Chico Teixeira mempersembahkan sebuah American Beauty versi Brasil. Sebuah kisah disfungsional keluarga dengan latar belakang kota Sao Paulo, Brasil. Ini adalah kisah keseharian Alice (Carla Ribas) dan keluarganya. Alice menikahi seorang supir taksi bernama Lindomar (Ze Carlos Machado). Mereka memiliki tiga orang anak laki-laki, si sulung Lucas (Vinicius Zinn) yang mengabdikan dirinya untuk pemerintah sebagai tentara. Edinho (Ricardo Vilaca) anak tengah yang selalu menjadi masalah bagi Lucas, Juninho (Felipe Massuia) si bungsu yang sangat disayang Alice dan dekat dengan Lucas. Selain mereka berlima ada ibu Alice, Dona Jacira (Berta Zemel) yang lebih bertindak seperti pembantu di rumah Alice. Membersihkan rumah, menyuci pakaian semua anggota rumah dan juga memasak untuk mereka semua. Dona Jacira menjadi tempat bertumpuknya semua rahasia anggota keluarga Alice, karena tanpa sengaja Dona selalu melihat dan menemukan gelagat dan bukti-bukti rahasia yang disimpan rapi oleh semua anggota rumah Alice, termasuk Alice sendiri. Karena tidak memiliki anak perempuan, Alice dekat dengan tetangganya Thais (Mariana Leighton) yang selalu curhat pada Alice, karena sedang berhubungan dengan pria yang usianya jauh diatasnya. Untuk membantu perekonomian keluarga Alice berkerja pada sebuah salon dan memiliki pelanggan tetap yaitu Carmen (Renata Zhaneta). Hubungan Alice dengan suaminya sudah sangat hambar. Alice terlihat berusaha memperbaiki itu. Tetapi seperti tidak ada rasa lagi diantara dia dengan Lindomar. Bahkan Alice mengikuti saran Carmen untuk mencukur (maaf) rambut kemaluannya untuk memberikan kejutan pada Lindomar, ujung-ujungnya hal tersebut justru menjadi joke bagi Lindomar. Hubungan antara Lindomar dan Alice dengan anak-anaknya ditampilkan tidak seperti bagaimana mestinya ayah/ibu dan anak, terasa hambar. Diperlihatkan bahwa anak laki-laki begitu sulit untuk dekat dengan ibunya. Hanya Juninho, si bungsu yang masih mendapatkan perhatian lebih dari Alice. Meskipun sering kali Lucas memintanya untuk berhenti merokok, Alice diperlihatkan tidak begitu peduli pada permintaan anak sulungnya itu. Hubungan diantara ketiga anak-anak ini tidaklah sehat. Dengan usia yang sudah menginjak dewasa mereka bertiga masih harus terpaksa tidur satu kamar. Edinho menjadi sosok yang selalu menjadi masalah buat Juninho dan Lucas. Lucas memberikan perhatian lebih pada Juninho yang lama kelamaan tidak lagi terlihat dari seorang kakak pada adiknya, tetapi lebih dari itu. Perlahan masalah demi masalah semakin menumpuk menimpa setiap anggota keluarga. Lindomar ternyata menjalin hubungan spesial dengan Thais. Alice kembali bertemu dengan kekasih masa lalunya yaitu Nilson (Luciano Qurino) yang ternyata adalah suami dari Carmen, diam-diam mereka menjalin hubungan gelap. Lucas mengambil pekerjaan sambilan sebagai pria panggilan, melayani pria-pria hidung belang. Edinho sibuk dengan kenakalan ala anak remaja pada umumnya seperti narkoba dan mengutil. Sang nenek, Dona harus menerima kenyataan sedang mengalami gejala kebutaan. Si bungsu Juninho menjadi satu-satunya tokoh central yang tidak mendapatkan masalah berat, kecuali mengkhawatirkan semua hal efek dari masalah anggota keluarganya yang lain. Hubungan Lindomar, Alice dan Dona ditampilkan dengan tumpukan masalah dari masa lalu mereka. Bagaimana sebenarnya Alice menyalahkan Dona atas pernikahan tidak bahagianya dengan Lindomar. Bagaimana Lindomar berusaha menyingkirkan Dona dari rumahnya sendiri, karena ternyata kemudian penonton mengetahui Lindomar tidak memiliki hak atas rumah itu. Bagaimana Lindomar kerap kali meminta Alice untuk menyakinkan ibunya untuk tinggal di panti Jompo. Klimaks film ini adalah adegan perkelahian antara Lucas, Edindo dan Juninho saat makan, berakhir dengan amukan Alice yang mengacak-acak ruang makan dengan membabibuta. Ini menjadi puncak kemarahan Alice akan hidupnya. Beban berat yang dipikulnya selama ini seperti membakar amarahnya menghasilkan tenaga luar biasa menghancurkan segala hal yang ada di depannya saat itu. Alice terjebak pada kepedihan, kemarahan tak berujung tanpa leluasa meninggalkan semuanya dengan mudah. Tidak heran kemudian amarahnya begitu besar dan tanpa kontrol. Adegan ini terasa sangat menyedihkan dan pahit. Film ini mengalir mengikuti kisah hidup semua karakternya, kamera seperti hanya sebuah media yang menjembatani kisah ini dengan penonton, karena terasa begitu dekat dengan keseharian, nyata tanpa banyak embel-embel dramatisasi yang berlebihan. Semua terlihat apa adanya, jujur dan mengesankan. Dengan eksekusi yang baik, film perdana karya Chico Teixeira ini memikat penonton menikmati dan mempertanyakan hidup mereka sendiri setelah film ini berakhir. Karena sampai film ini berakhir tidak ada masalah yang benar-benar diselesaikan. Masalah tidak juga mengambang, beberapa mengalami penyelesaian tetapi justru menimbulkan permasalahan baru. Naskah film ini mencoba untuk menilik dalam pada kehidupan manusia. Hidup terus berjalan, masalah datang dan pergi, keputusan baik dan buruk yang diambil mengandung resiko. Resiko adalah kenyataan yang musti dihadapi dengan kompromi. Baik dan buruknya tetap harus dijalani, karena hidup terus berjalan. Karakter Dona Jacira menjadi satu-satunya karakter yang paling mudah mendapatkan simpati penonton. Dona yang hampir seperti pembantu di rumah tersebut harus mendapatkan perlakuan semena-mena dari Menantunya yang berusaha 'memindahkannya' ke panti jompo. Dari cucu-cucunya yang benar-benar tanpa santun memerintahkan Dona Jacira melakukan hal-hal yang tidak sepantasnya dilakukan nenek pada cucunya, seperti ketika Lucas meminta untuk melayaninya makan, Edinho yang mencuri uang dari dompetnya. Dona Jacira terlihat begitu berbesar hati menerima semua perlakuan tanpa perlawanan dan sanggahan. Bahkan ketika dia menemukan bukti-bukti perselingkuhan Lindomar, dia hanya diam dan bertindak seperti tidak terjadi apa-apa. Ataupun ketika dia melihat transaksi Lucas dengan seorang pria. Berta Zemel yang merupakan salah satu aktris senior Brasil memerankan Dona Jacira yang nelangsa dengan sangat baik. Alice yang menjadi protagonis dalam film ini semakin menuju akhir film diperlihatkan menjadi semakin mementingkan diri sendiri. Masalah yang begitu bertumpuk di rumahnya menjadi alasan bagi Alice untuk sering meninggalkan rumah, bercengkrama dengan kekasih gelapnya. Mencoba untuk mencari ketenangan diluar rumah dengan cinta semu yang didambakannya dari Nilson. Keputusan untuk meninggalkan rumah dan pergi mencari Nilson menjadi keputusan terburuk Alice yang semakin menjauhkannya dari keluarganya dan penonton film ini. Alice menjadi karakter yang semakin mudah dibenci menjelang film berakhir. Aktris dan produser Carla Ribas memberikan aura Alice yang awalnya dikasihani menjadi Alice yang mementingkan diri sendiri dengan sangat sempurna. Untuk perannya sebagai Alice, Carla Ribas menerima penghargaan best actress dari banyak festival film internasional antara lain dari Guadalajara Mexican Film Festival, Miami Film Festival, Rio de Janeiro International Film Festival, Sao Paulo Association of Art Critics Awards dan Sao Paulo International Film Festival. Chico Teixeira yang baru pertama kali menyutradarai film juga menerima beberapa penghargaan atas kesempurnaan arahannya untuk film ini. Chico diberikan penghargaan C.I.C.A.E Awards dari San Sebastian Internatonal Film Festival, best first work dari Havana Film Festival, FIPRESCI Awards dari Guadalajara Mexican Film Festival, Grand Prix Youth Jury Award dari Fribourg International Film Festival dan Plaque Award untuk International Film dari Chicago International Film Festival.
Un interesante recorrido por la amalgama de emociones, secretos y frustraciones de una familia de estrato popular latinoamericano. La doble moral y egosimo humano expresado en un contexto familiar. Una direccion exquisita y una Carla Ribas alucinante. Totalmente recomendable!
Such powerful performances (although I was very disappointed to hear that Fátima Toledo "coached" the cast), with a great script and strong and emotional scenes. After some documentary features, Chico Teixeira did an espetacular debut in directing a fiction.
Alice's House (2007) A Casa de Alice As I have said in other reviews I am a sucker for Brazilian movies. Some are good some are best some are bad. I generally watch them all as a rule. I lived in Brazil for one year when I was 21 years old. This film is a small film shot mostly within the confines of one apt in Sao Paulo Brazil's largest city. a working mom, her mother taking care of the cooking and cleaning and 3 teenage boys. I enjoyed the entire thing. Its an interesting slice of life. In a small apartment with all these adults all have secrets to share. This family is some what dysfunctional but probably typical. As the truths to the secrets come clear Alice must make decisions about her life and existence. The director has a background in filming documentaries and some of that style is apparent here but to too overly. This family drama unfolds nicely. This gives us a real slice of life of currently Brazilian culture. The directors documentary background almost makes this a "dogma95" type art film. Its really very interesting. Sure the plot has a few problems and somewhat artificial but who cares.. I enjoyed the film. This film is slow compared to most American (and other films) but the films even hand did not drag me down mentally. The pacing did not bother me. It film has a good look and seems "unrehearsed" There is an excellent review on las americas films dot org. There is also nice review on Vancouver film festival site. four stars recommended I liked this film.
Interesante pelicula que se mete de lleno dentro de la cotidianidad de una familia comun y corriente de Sao Paulo, haciendo enfasis en Alice, la madre, la esposa, la trabajadora. Un drama en donde se pueden percibir las emociones de su protagonista a partir de sus deseos ocultos, de su necesidad de mudanza, que, finalmente apenas consiguen situarla de nuevo en su cotidianidad pero al menos reivindicando sus actos como un respiro necesario para continuar.
Once again, I never really know what to expect when I pop one of these movies into the DVD player. Today, I got a pretty good one, but I think if I'd have watched it on another day, I might not have thought so. The story is about a family (grandma, mom, dad, 3 kids) that live in an apartment in Sao Paolo, Brazil. She works in a beauty salon giving manicures and pedicures. The father, so far as I can tell, doesn't work at all. The three kids are all at least 16, but more or less lay around the apartment. The real star is the grandma. Virtually the whole family treats her like a piece of furniture. She's all the time cleaning and doing laundry, but in the process of all that, she sees everything that is going on with the family (and there is a lot going on). She just silently takes it in, and then when things go bad, she silently cleans up after everyone. The thing that makes her so great in this movie is that everyone else is more or less despicable. Both the Mom and Dad have affairs. One kid (I think) is a gay prostitute. Another steals from grandma and hustles on the streets for cash, and the youngest is a lazy kid that is trying to get one girl all the time. Grandma knows all of this even when everyone else in the family doesn't. That's what makes her so likable. The movie ends as a movie like this should end, and I was pretty happy with that. It was an interesting Brazilian slice of life move. Every so often movies like this come out of Brazil, and I usually enjoy them when they do.
Rodrigueano sem o ser. Atual e universal. As atuacoes sao consistentes, o roteiro bem trabalhado, a direcao acerta a mao. So o titulo me incomoda; aquela casa nao era da Alice. Jacira sim, quem por vias tortas termina com uma redencao.
I had the feeling I had seen the movie many times in the pastâ¦maybe it is just that life unfolds in the same way at all times and placesâ¦I counted 4 more women besides myself watching the movie alone in the theatreâ¦maybe this itself means somethingâ¦
A rather average foreign film about a woman just struggling to get by in her unhappy life. Unfortunately, the film never really says much of anything.